Puisi... Oh, Puisi

Aforisma

Jangan kau tunda lagi

Terik senyum lampaumu kau biarkan jadi mataair

Cericit burung saat lapar mendekap ingin

Sungguh, dik, sebaris lagi malam akan menjelang

Pada igau aforisma gilaku, sore ini

Kerap dalam malam-malamku yang selalu usang

Aku ingin menjadi tuhan, kemudian

Akan aku ciptakan hawa dengan senyummu

Dan dengan tanah liat sebuat negeri

Yang pernah kau ceritakan

Aforisma gilaku, dik, yang akan menjadi bingkainya

Sungguh, dik, aku ingin menjadi tuhan

Beranomali seperti manusia pada malam-malam

Saat lapar tak pernah tuntas mendekap ingin

Dik, aku katakan padamu:

Cukuplah lebat hujan agustus membanjiri
Mewakili rinduku
Yang tak boleh menetes
      setitikpun

02.26

Rabu, 27 April 2011

Corner

Zahra, Aku Memanggilmu

Entah, untuk yang keberapa kali

Tubuh ini menggigil

Saat nama seorang Zahra ku panggil

Zahra, aku memanggilmu

Kemurnian cinta yang menyuruhku

Gemericik rindu yang memaksaku

Maka, jangan kau tutupi bening di matamu

Dengan gaun jingga malam itu

Agar nyata panggilku abadi untukmu